Photo © Andy Mumford
Sore itu, ketika sedang reunian SMA berkumpul di suatu rumah teman.
Cerita sana-sini pun tidak terhindarkan. Dari cerita saat kuliah, pasca
sekolah, dan yang paling tidak ketinggalan masalah cinta dengan
pasangannya masing-masing. Disela banyak canda gurau di tengah-tengah
kumpulan manusia yang entah membicarakan apa. Tiba-tiba ada salah satu
akhwat yang menanyakan kepada ikhwan dengan nada yang masih kecil,
sehingga tidak terlalu terdengar oleh yang lain, “Akh bagaimana kuliahmu
disana, apakah lancar?”. Dengan wajah yang menyenangkan ikhwan itu
menjawab, “Alhamdulillah, masih lancar. Allah memudahkan setiap ujianku,
ketika aku meminta kepada-Nya”. “Bagaimana denganmu ukhti?”, balas
ikhwan. “Alhamdulillah juga, tidak terlalu mengecewakan, hehe”, jawab
akhwat.
Ikhwan yang di kampusnya menjadi agen dakwah, masih mendengar
teman-temannya yang lain membicarakan tentang cinta, dan pacarnya
masing-masing. Dia tidak begitu suka dengan obrolan yang tidak
bermanfaat seperti itu. Ikhwan ini juga dulu sewaktu SMA dikenal sebagai
cowok yang tidak mau pacaran, hingga sampai ia kuliah pun tidak
pacaran. Dia tidak mau membuang-buang waktu untuk hal-hal yang bodoh
seperti itu, walaupun pada saat SMA dia tidak se-”shalih” saat kuliah.
Dia dulu tidak terlalu mengetahui batasan-batasan antara ikhwan dan
akhwat, sehingga dulu juga banyak teman-teman wanita yang dekat
dengannya.
Saat pertemuan reuni ini pun banyak teman-teman wanitanya yang masih
memperlakukannya seperti dulu. Jabat tangan dan curhat kecil-kecilan
antar lain jenis sulit ia hindarkan, walaupun dia sudah menjelaskan
bahwa mereka bukan mahram, namun tidak jarang justru dia mendapat celaan
dari teman-temannya.
Disela-sela obrolan yang membuat kuping ikhwan ini jenuh, tiba-tiba akhwat yang tadi bertanya lagi,
“Akh, teman-temanmu sedang membicarakan pacar. Bagaimana kisah
asmaramu di kampusmu?”. Ikhwan hanya membalas dengan senyuman saja.
Kemudian akhwat itu bertanya lagi,”Apa masih jomblo kaya dulu lagi?
Berarti jomblo 20 tahun dong”. Ikhwan pun masih diam, karena dia tahu
juga kalau akhwat yang bertanya kepadanya pun belum pernah pacaran.
Beberapa detik kemudian, ikhwan pun menjawab,”Kalau aku berbicara
masalah wanita, pacar, atau istri untuk menemani hidupku itu tidak
sembarangan ukh”.
Dengan wajah polos, ukhti menyela,”maksudnya?”.
“Maksudnya, aku tidak pernah main-main terhadap wanita. Hanya lelaki
yang kurang ajar yang berani pacaran, karena dia telah mempermainkan
seorang wanita dengan janji-janji palsunya. Mereka yang pacaran itu
tidak akan serius sampai ke jenjang pernikahan, apalagi masa-masa galau
seperti saat kuliah seperti ini. Saya tidak mau menjadi laki-laki yang
kurang ajar itu ukh”, jawab ikhwan.
“Tapi akh, kan gak semuanya seperti itu, buktinya ada yang pacaran
terus menikah?”, dengan nada mengejek, akhwat itu bertanya lagi.
“Iya memang tidak semua, but almost of them mereka seperti
itu. Selain itu juga,orang-orang yang mendeklarasikan untuk pacaran
adalah mereka yang tidak kuat menahan nafsu terhadap lawan jenis. Kan
hanya saling memandang saja sudah disebut zina mata”, jawab ikhwan itu
dengan santai.
“Oh gitu ya, tapi sepertinya bukan karena itu deh kamu gak pacaran,
pasti karena gak ada yang mau sama kamu ya ?”, cela ukhti. “Itu lho
dengan teman kita aja, dia udah jomblo lho”, ukhti melanjutkan sambil
menunjuk teman wanita yang sedang asyik mendengarkan pembicaraan tentang
cinta-cintaan.
“Aduh ukhti, terserah dirimu sajalah”, jawab ikhwan. “Yang pasti aku
memiliki visi yang besar untuk masa depanku. Aku tidak mau pacaran, aku
ingin langsung menikah, karena itu yang diajarkan di agama kita. Aku
juga ingin menyaksikan lahirnya generasi islami yang cerdas dan
sholeh/sholehah. Oleh karena itu, aku tidak mau hanya seorang wanita
biasa, aku mau wanita yang luar biasa, wanita shalihah yang kelak
melahirkan generasi penerus dengan akhlak yang mulia. Karena anak yang
baik, dilahirkan oleh rahim wanita yang baik juga. Pernahkah kamu
mendengar kisah istri Nabi Nuh as, Nabi Luth as, Siti Asiah, dan Siti
Maryam?. Mereka adalah contoh-contoh wanita yang riwayatnya diceritakan
dalam Al Qurán.”
“Contoh istri Nabi NUh as dan Nabi Luth as, adalah contoh wanita yang
buruk, yaitu mereka yang menentang ajaran yang dibawakan oleh suaminya
sendiri. Istri Nabi Nuh as meninggal akibat tenggelam oleh banjir yang
didatangkan oleh Allah dan istri Nabi Luth as meninggal dengan
dibaliknya ke dalam tanah, karena perbuatannya dan orang-orang kafir
lainnya yang melakukan hubungan sejenis. Mereka berdua melambangkan
buruknya seorang wanita, dan mereka pun melahirkan generasi yang rusak
juga karena anak-anak mereka mengikuti sang ibu.”
Berbeda lagi, dengan dua wanita lain yang luar biasa, yaitu Siti
Asiah dan Siti Maryam yang berpegang teguh terhadap Tauhid kepada Allah.
Siti Asiah yang merupakan muslimah yang diajmin masuk surga, karena ia
taat kepada Allah. Dia mengucapkan kata “Allah” ketika hendak menyisir
rambut Firáun dan akhirnya sisir tersebut jatuh. Karena hal itu, dia
dihukum oleh Firáun dengan dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Siti
Asiah dengan keshalihahannya telah melahirkan seorang nabi yang luar
biasa yaitu Nabi Musa as. Kemudian Siti Maryam, wanita sholehah lain
yang melahirkan seorang anak tanpa perantara seorang pria dengan izin
Allah. Ia melahirkan seorang Nabi Isa as. Dari kisah tadi dapat
disimpulkan bahwa wanita yang buruk melahirkan generasi yang buruk pula,
sedangkan wanita yang baik dan sholehah akan melahirkan generasi yang
baik dan shalih/shalihah pula. Negara ini sudah cukup penat diisi dengan
orang-orang yang buruk, yang mengutamakan nafsunya daripada
keimanannya”, tegas ikhwan dengan sedikit penjelasan.
“Oh begitu ya akh, sekarang aku jadi mengerti. Tapi perlu diingat
juga akh, wanita yang buruk hanya untuk laki-laki yang buruk dan wanita
yang baik untuk laki-laki yang baik”, tambah ukhti dengan senyum.
“Oleh karena itu, saya senantiasa memperbaiki diri agar bisa mendapatkan wanita yang baik”, ikhwan menjawab dengan tenang.
Tak disadari, karena asyik mengobrol berdua, teman-teman yang lain
ternyata sudah selesai dengan perbincangannya, dan ikut mendengarkan
pembicaraan antara ikhwan dan akhwat tadi. Ada beberapa teman yang
mencela, namun tak sedikit yang meminta penjelasan lebih lanjut kepada
ikhwan mengenai apa yang barusan ia bicarakan. Akhirnya beberapa teman
yang sudah pacaran dan sedang menunggu pada masa pencarian, menyadari
bahwa ia akan menjadi wanita yang baik itu dan mendapatkan laki-laki
yang baik juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar