Rabu, 13 Februari 2013

Negara Ini Sudah Penat Diisi Dengan Orang-Orang Buruk


Photo © Andy Mumford
Sore itu, ketika sedang reunian SMA berkumpul di suatu rumah teman. Cerita sana-sini pun tidak terhindarkan. Dari cerita saat kuliah, pasca sekolah, dan yang paling tidak ketinggalan masalah cinta dengan pasangannya masing-masing. Disela banyak canda gurau di tengah-tengah kumpulan manusia yang entah membicarakan apa. Tiba-tiba ada salah satu akhwat yang menanyakan kepada ikhwan dengan nada yang masih kecil, sehingga tidak terlalu terdengar oleh yang lain, “Akh bagaimana kuliahmu disana, apakah lancar?”. Dengan wajah yang menyenangkan ikhwan itu menjawab, “Alhamdulillah, masih lancar. Allah memudahkan setiap ujianku, ketika aku meminta kepada-Nya”. “Bagaimana denganmu ukhti?”, balas ikhwan. “Alhamdulillah juga, tidak terlalu mengecewakan, hehe”, jawab akhwat.
Ikhwan yang di kampusnya menjadi agen dakwah, masih mendengar teman-temannya yang lain membicarakan tentang cinta, dan pacarnya masing-masing. Dia tidak begitu suka dengan obrolan yang tidak bermanfaat seperti itu. Ikhwan ini juga dulu sewaktu SMA dikenal sebagai cowok yang tidak mau pacaran, hingga sampai ia kuliah pun tidak pacaran. Dia tidak mau membuang-buang waktu untuk hal-hal yang bodoh seperti itu, walaupun pada saat SMA dia tidak se-”shalih” saat kuliah. Dia dulu tidak terlalu mengetahui batasan-batasan antara ikhwan dan akhwat, sehingga dulu juga banyak teman-teman wanita yang dekat dengannya.
Saat pertemuan reuni ini pun banyak teman-teman wanitanya yang masih memperlakukannya seperti dulu. Jabat tangan dan curhat kecil-kecilan antar lain jenis sulit ia hindarkan, walaupun dia sudah menjelaskan bahwa mereka bukan mahram, namun tidak jarang justru dia mendapat celaan dari teman-temannya.
Disela-sela obrolan yang membuat kuping ikhwan ini jenuh, tiba-tiba akhwat yang tadi bertanya lagi,
“Akh, teman-temanmu sedang membicarakan pacar. Bagaimana kisah asmaramu di kampusmu?”. Ikhwan hanya membalas dengan senyuman saja. Kemudian akhwat itu bertanya lagi,”Apa masih jomblo kaya dulu lagi? Berarti jomblo 20 tahun dong”. Ikhwan pun masih diam, karena dia tahu juga kalau akhwat yang bertanya kepadanya pun belum pernah pacaran.
Beberapa detik kemudian, ikhwan pun menjawab,”Kalau aku berbicara masalah wanita, pacar, atau istri untuk menemani hidupku itu tidak sembarangan ukh”.
Dengan wajah polos, ukhti menyela,”maksudnya?”.
“Maksudnya, aku tidak pernah main-main terhadap wanita. Hanya lelaki yang kurang ajar yang berani pacaran, karena dia telah mempermainkan seorang wanita dengan janji-janji palsunya. Mereka yang pacaran itu tidak akan serius sampai ke jenjang pernikahan, apalagi masa-masa galau seperti saat kuliah seperti ini. Saya tidak mau menjadi laki-laki yang kurang ajar itu ukh”, jawab ikhwan.
“Tapi akh, kan gak semuanya seperti itu, buktinya ada yang pacaran terus menikah?”, dengan nada mengejek, akhwat itu bertanya lagi.
“Iya memang tidak semua, but almost of them mereka seperti itu. Selain itu juga,orang-orang yang mendeklarasikan untuk pacaran adalah mereka yang tidak kuat menahan nafsu terhadap lawan jenis. Kan hanya saling memandang saja sudah disebut zina mata”, jawab ikhwan itu dengan santai.
“Oh gitu ya, tapi sepertinya bukan karena itu deh kamu gak pacaran, pasti karena gak ada yang mau sama kamu ya ?”, cela ukhti. “Itu lho dengan teman kita aja, dia udah jomblo lho”, ukhti melanjutkan sambil menunjuk teman wanita yang sedang asyik mendengarkan pembicaraan tentang cinta-cintaan.
“Aduh ukhti, terserah dirimu sajalah”, jawab ikhwan. “Yang pasti aku memiliki visi yang besar untuk masa depanku. Aku tidak mau pacaran, aku ingin langsung menikah, karena itu yang diajarkan di agama kita. Aku juga ingin menyaksikan lahirnya generasi islami yang cerdas dan sholeh/sholehah. Oleh karena itu, aku tidak mau hanya seorang wanita biasa, aku mau wanita yang luar biasa, wanita shalihah yang kelak melahirkan generasi penerus dengan akhlak yang mulia. Karena anak yang baik, dilahirkan oleh rahim wanita yang baik juga. Pernahkah kamu mendengar kisah istri Nabi Nuh as, Nabi Luth as, Siti Asiah, dan Siti Maryam?. Mereka adalah contoh-contoh wanita yang riwayatnya diceritakan dalam Al Qurán.”
“Contoh istri Nabi NUh as dan Nabi Luth as, adalah contoh wanita yang buruk, yaitu mereka yang menentang ajaran yang dibawakan oleh suaminya sendiri. Istri Nabi Nuh as meninggal akibat tenggelam oleh banjir yang didatangkan oleh Allah dan istri Nabi Luth as meninggal dengan dibaliknya ke dalam tanah, karena perbuatannya dan orang-orang kafir lainnya yang melakukan hubungan sejenis. Mereka berdua melambangkan buruknya seorang wanita, dan mereka pun melahirkan generasi yang rusak juga karena anak-anak mereka mengikuti sang ibu.”
Berbeda lagi, dengan dua wanita lain yang luar biasa, yaitu Siti Asiah dan Siti Maryam yang berpegang teguh terhadap Tauhid kepada Allah. Siti Asiah yang merupakan muslimah yang diajmin masuk surga, karena ia taat kepada Allah. Dia mengucapkan kata “Allah” ketika hendak menyisir rambut Firáun dan akhirnya sisir tersebut jatuh. Karena hal itu, dia dihukum oleh Firáun dengan dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Siti Asiah dengan keshalihahannya telah melahirkan seorang nabi yang luar biasa yaitu Nabi Musa as. Kemudian Siti Maryam, wanita sholehah lain yang melahirkan seorang anak tanpa perantara seorang pria dengan izin Allah. Ia melahirkan seorang Nabi Isa as. Dari kisah tadi dapat disimpulkan bahwa wanita yang buruk melahirkan generasi yang buruk pula, sedangkan wanita yang baik dan sholehah akan melahirkan generasi yang baik dan shalih/shalihah pula. Negara ini sudah cukup penat diisi dengan orang-orang yang buruk, yang mengutamakan nafsunya daripada keimanannya”, tegas ikhwan dengan sedikit penjelasan.
“Oh begitu ya akh, sekarang aku jadi mengerti. Tapi perlu diingat juga akh, wanita yang buruk hanya untuk laki-laki yang buruk dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”, tambah ukhti dengan senyum.
“Oleh karena itu, saya senantiasa memperbaiki diri agar bisa mendapatkan wanita yang baik”, ikhwan menjawab dengan tenang.
Tak disadari, karena asyik mengobrol berdua, teman-teman yang lain ternyata sudah selesai dengan perbincangannya, dan ikut mendengarkan pembicaraan antara ikhwan dan akhwat tadi. Ada beberapa teman yang mencela, namun tak sedikit yang meminta penjelasan lebih lanjut kepada ikhwan mengenai apa yang barusan ia bicarakan. Akhirnya beberapa teman yang sudah pacaran dan sedang menunggu pada masa pencarian, menyadari bahwa ia akan menjadi wanita yang baik itu dan mendapatkan laki-laki yang baik juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar