Selasa, 05 Maret 2013

Mati Syahid, Cita-cita Paling Diminati anak-anak di Gaza



 
al-Qur'an menjadi sebuah gaya hidup sehari-hari di Gaza
Selasa, 05 Maret 2013
Hidayatullah.com—Ada perbedaan karakteristik antara anak-anak di Jalur Gaza dengan anak-anak di Indonesia. Umumnya anak-anak di Indonesia bercita-cita ingin sekolah tinggi agar jadi dokter, sementara anak-anak di Gaza ingin segera besar dan mati dalam keadaan syahid.
"Inilah kenapa tentara israel suka menyerang anak-anak Palestina, wajar mereka takut dengan generasi pecinta al-Qur'an," demikian jelas Kak Bimo, pendongeng anak saat berbagi pengalamannya usai mengunjungi Gaza bulan Desember 2012 lalu di acara talk show “Oleh-oleh Relawan Palestina dan Suriah; 2 Sayap untuk masjidil Aqsha, Membantu Palestina & Menolong Suriah” di panggung utama IBF 2013, Senin (04/03/2013).
Ketika mendatangi TK Bintang al-Qur'an di Gaza, Kak Bimo tidak menyangka saat bertanya siapa anak-anak Gaza yang ingin mati syahid, semua anak Gaza mengangkat tangannya.
Selain bangga pada anak-anak di Gaza, Kak Bimo yang kehadirannya di Jalur gaza ditugaskan Sahabat Al Aqsha (SA) ini mengungkapkan kekagumannya pada para orangtua di Gaza dalam mendidik anak. Salah satu pengalamannya yang berkesan ketika ia bertemu seorang  ibu yang memiliki 9 anak dan 100 cucu.
Lelaki yang bisa mengeluarkan berbagai jenis suara dari mulutnya ini menilai, anak-anak di Gaza bukan hanya dididik sekedar mengenal al-Qur'an. Lebih dari itu, al-Qur'an sudah ditanam sedemikian rupa oleh para ulamanya hingga akhirnya al-Qur'an sudah menjadi gaya hidup sehari-hari.
"Ruh tarbiyah itu yang membuat mereka semangat menghafal al-Qur'an," jelasnya.
Kak Bimo bahkan mengaku, di wilayah yang selalu menjadi incaran Zionis-Yahudi itu juga ada sebuah tradisi, di mana aib jika ada keluarga yang anaknya tidak mau menghafal al-Qur'an.
Bahkan organisasi perlawanan seperti HAMAS yang paling ditakuti Zionis,  mewajibkan seluruh anggotanya hafal al-Qur'an. Selain itu, HAMAS juga merekrut semua anggotanya dengan menyeleksi kualitas ibadahnya.
"Seorang anak Gaza yang ingin bergabung HAMAS dia harus shalat subuh berjamaah di masjid tanpa terputus minimal satu tahun non-stop," tandanya lagi.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini selain Kak Bimo adalah para penulis Pro-U Media, yakni: Salim A. Fillah (Penulis buku menyimak Kicau Merajut Makna), Kak Bimo (pendongeng Nasional dan penulis buku Mahir Mendongeng), Kang Janto (DirOps Sahabat Suriah), Bang Irul (DirOps Sahabat Al-Aqsha), dan dipandu oleh Abah Fanni (owner Pro-U media dan juga Koordinator SA).*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar