Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 November 2013

Dakwah: Need Choice, Plan and Back-up




Oleh: Muhammad Idrus*

UMAT Islam di seluruh dunia baru saja memperingati Tahun Baru 1435 Hijriyah. Pelajaran terpenting dari peristiwa Hijrah Rasulullah Saw 14 abad yang lalu adalah keberanian untuk mengambil sikap. Hijrah bukan hanya dari segi fisik, berpindah dari kota Mekah ke Madinah, namun juga berubah sikap: dari kejahiliyahan/kegelapan menuju keimanan/pencerahan hidup.

Untuk memenuhi agenda besar itu, maka Nabi Muhammad Saw melakukan perencanaan dan persiapan matang, meskipun banyak orang tak mengetahui atau menyadarinya. Menurut penulis kitab Fiqh Shirah Nabawiyah, Syekh Ramadhan al Buthi, perencanaan itu mulai dari rute yang akan ditempuh, kawan yang akan diajak perjalanan, orang yang ditugaskan untuk mengganti posisi Rasulullah di rumah sebagai penyamaran, penyediaan bekal perjalanan, hingga penunjuk jalan.

Momentum hijrah itu dengan segala karakteristiknya telah menjadi sunnah hasanah yang patut diteladani kaum Muslimin hingga akhir zaman. Tak ada sebuah program atau agenda dakwah yang akan sukses tanpa perencanaan matang dan rinci. Termasuk dalam kegiatan organisasi pada umumnya, aspek perencanaan didahulukan untuk memobilisasi sumber daya agar tepat sasaran dan tujuan.

Jika ada ide agar aktivitas dakwah dilakukan secara spontan, tanpa perencanaan (No plan), pilihan (No choice), dan cadangan (No back up), maka itu hanya terjadi situasi khusus/darurat yang membutuhkan improvisasi dan proteksi berlapis-lapis demi keamanan operasi. Tetapi, Sunnah Nabawiyah yang berlaku umum/generik adalah persiapan detil dari awal hingga akhir, disamping membuka kemungkinan terjadi revisi atau adaptasi sejalan dengan perkembangan lingkungan.

Tiga Langkah Besar

Demi keberhasilan dakwah, perlu diperhatikan tiga langkah penting, yaitu:

1. Need choice

Sebagai Kader dakwah, setiap aktivis harus punya pilihan sikap dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Harus optimis untuk bersama-sama memenangkan Agenda Dakwah di berbagai aspek. Antara lain, menjelang Pemilihan Umum di Indonesia tahun 2014, perlu dikawal: Kepemimpinan Nasional seperti apa yang harus dikawal dan didorong.

Kita menyaksikan bangsa Indonesia kembali mengalami Krisis Kepemimpinan di level nasional setelah 15 tahun Gerakan Reformasi bergulir. Jika dibiarkan sembarang figur tampil sebagai Pemimpinan Nasional, maka kondisi bangsa mungkin akan kolaps dan aspirasi umat Islam (komponen mayoritas) akan terbengkalai. Kita ingin memastikan masa depan Indonesia akan semakin solid dan maju di bawah kepemimpinan baru dan agenda keummatan berjalan sesuai tahapannya.

Dalam konteks itu, tiap Aktivis perlu menentukan sikap dan pilihan, tak bisa netral dan ragu-ragu. Konsistensi sikap itu yang menjadi prasyarat keberhasilan.

2. Need Plan

Jelas sekali, dibutuhkan Rencana Besar untuk memenangkan pertarungan besar agar pilihan yang sudah ditetapkan tercapai. Agar agenda dakwah digerakkan oleh seluruh elemen dakwah, maka perlu dipersiapkan 4 langkah taktis:

(a) Mengajak diri sendiri sebagai elemen dakwah agar senantiasa konsisten. Kita masih seperti yang dulu, tidak akan berubah sikap sebagai kader yang yakin, bahwa kemenangan tak akan tercapai tanpa berjamaah (berorganisasi) dengan baik. Yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kesalahan (corrective action) dan menegaskan komitmen bahwa tiap orang akan mendapat reward and punishment sesuai dengan capaian/kesalahannya.

(b) Menyakinkan kembali para anggota keluarga, teman dekat serta rekan kerja yang pernah bersinggungan dengan dakwah, bahwa kita adalah satu dan terus bergerak bersama karena kita mencintai semuanya karena Allah.

(c) Bersilaturahim dengan komponen dakwah lainnya dan masyarakat muslim lainnya untuk berjuang dan bergandeng tangan dalam mengartikulasikan kepentingan umat, antara lain warga NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam, PUI, kalangan pesantren dll.

(d) Memohon maaf atas segala kekhilafan serta terus melayani sepenuh hati terhadap segenap komponen masyarakat, baik mereka yang simpati, antipati maupun kelompok pembenci sekalipun. Kita harus berani menyatakan secara ksatria: “Kami adalah manusia biasa yang penuh alfa dan dosa serta berusaha hadir untuk semua demi mewujudkan cita-cita Indonesia yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat”.

3. Need Back Up

Gerak seluruh komponen dakwah, baik Qiyadah dan Kader, harus seiring dan seirama untuk bersama-sama mendekatkan dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT dalam berbagai kesempatan. Qiyadah dan Kader serta seluruh komponen Masyarakat Indonesia bersama-sama melakukan perubahan, memang ada kesalahan individual, namun tak mustahil terjadi kekeliruan kolektif karena membiarkan individu tertentu tanpa kontrol.

Kontrol dan koreksi diperlukan dalam setiap pelaksanaan. Bila ada penyimpangan, maka harus segera diluruskan. Bahkan, jika terjadi perubahan situasi dan kondisi yang mendasar, maka perubahan rencana dapat dilakukan. Di sinilah urgensi sistem cadangan (back up) untuk mengantisipasi dinamika tak terduga.

Tragedi perang Mu’tah memperlihatkan kondisi buruk yang tak pernah diperkirakan sebelumnya, ketika tiga komandan pasukan Muslim berguguran secara berurutan: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Pergantian posisi komando itu sudah diisyaratkan Rasulullah dalam pesan sebelum pertempuran. Di ujung situasi kritis, akhirnya tongkat komando dipegang Khalid bin Walid yang memutuskan untuk kembali ke markas pertahanan. Dari sanalah disusun rencana alternatif untuk menuntaskan misi perjuangan.

Semoga Allah berkenan menerima segala taubat serta amal saleh kita semua. Karena Dia-lah yang memberikan kekuatan dan keberkahan dalam perjuangan panjang.

Semoga Indonesia yang kita cintai bersama menjadi Negeri yang sejahtera dan dilindungi dari segala marabahaya. Peristiwa Hijrah mengingatkan kita sekali lagi, bahwa strategi pemenangan dakwah membutuhkan pilihan sikap (Choice), perencanaan matang (Plan) dan rencana cadangan (Back Up) bila ada situasi tak terduga.


Senin, 29 April 2013

Epic PKS "Children of Heaven"



"MENUJU NOMOR 3"


by Rindro Suluh Nugroho

Masih ingat film Children of Heaven? Film dari sineas Iran yang mengisahkan tentang perjuangan seorang kakak bernama Ali demi menggantikan sepatu adik (Zahra) yang dihilangkannya. Setidaknya itulah tema sentral dari film tersebut, yakni SEPATU.
Lantas apa hubungannya dengan angka 3?
Hehe… ada banget. Kenapa mesti 3? Karena angka 3 tersebut adalah sebuah posisi dimana dalam perlombaan lari jarak jauh yang diikuti oleh Ali, jika mendapatkan posisi sebagai juara ke 3, maka ia akan mendapatkan hadiah berupa sepasang SEPATU. Nah, posisi nomor 3 itulah yang diincar oleh Ali agar ia bisa menggantikan sepatu adiknya yang hilang.
Nah, hal yang mengharukan dalam film tersebut adalah pada klimaks scen dimana Ali sedang berjuang untuk mengincar posisi juara ke 3 dalam perlombaan lari tersebut. Digambarkan betapa Ali demikian FOKUSnya untuk mengincar posisi ke 3 tersebut. Dalam salah satu adegan dimana Ali dijegal oleh salah satu saingannya yang membuatnya jatuh, tapi tidak membuatnya menyerah… ia terus bangkit, berlari, dan mengejar posisi juara ke 3.
Yang unik adalah, bahwa Ali terus berlari tanpa mempedulikan lawan-lawannya yang telah dan berusaha menjegalnya hingga jatuh tadi. Ia terus FOKUS dalam mengejar posisi juara ke 3. Persainganpun semakin ketat dengan para peserta lomba lari tersebut. Ali berada dalam posisi dimana ia merasa sangat sulit untuk mempertahankan posisi ke 3. Namun ia tak surut semangat dan sekali lagi tetap FOKUS meraih posisi ke 3.
Beberapa puluh meter kemudian, garis finishpun terlihat. Persaingan tambah ketat, bahkan beberapa orang peserta berada dalam posisi yang hampir sejajar termasuk Ali di dalamnya. Ali tak peduli dengan itu, ia tetap FOKUS meraih posisi juara 3. Sampai akhirnya tibalah para peserta di depan garis finish, mereka semua berlari sekencang-kencangnya termasuk Ali. Saat itu Ali sudah demikian FOKUSnya untuk mencapai garis finish. Ia tak lagi mempedulikan ada di posisi mana. Baginya di detik-detik akhir itu yang penting sampai ke garis finish, ia terus berlari… berlari… sekencang-kencangnya hingga akhirnya tiba di garis finish sebagai…. JUARA PERTAMA.
***
Apa pelajaran yang menarik dari kisah di atas?
Ya… FOKUS dan tidak terpengaruh dalam menjalankan tujuan dan cita-cita walaupun saingan-saingan kita menyikut, menendang, menjegal bahkan memfitnah sekalipun. Jikalau saja Ali saat dijegal hingga jatuh lalu ia mempermasalahkan hal tersebut, bisa jadi ia tidak akan pernah tiba di garis finish. Waktunya akan habis untuk memprotes dan berdebat atas perbuatan lawan-lawannya.
Jadi, jangankan TIGA BESAR, seandainya kita FOKUS dan mau dengan sungguh-sungguh dan ikhlas berjuang demi menggoalkan cita-cita bersama, maka bukan tidak mungkin kita akan bisa keluar sebagai pemenang PERTAMA.
Jangan pernah pedulikan apa kata orang, apalagi jika itu hanya berupa cacian, hujatan, hinaan dan sekedar tuduhan-tuduhan tanpa dasar. Setiap kita memiliki tugas yang berbeda. Kita harus membuktikan kepada orang lain bahwa kita bisa bekerja melayani mereka bagaimanapun kondisi dan keadaan kita baik ketika sempit maupun lapang. Perjuangan kita bukanlah perjuangan untuk memenuhi ambisi politik dan kekuasaan semata, perjuangan kita adalah perjuangan untuk membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi setiap orang dan siapa saja khususnya di bumi Indonesia yang kita cintai ini.

Terus berjuang dengan CINTA, KERJA dan HARMONI.