OPINI | 19 January 2013 | 07:04
Dibaca: 2236 Komentar: 0 Nihil
Banjir, sebuah musibah yang mungkin sangat dihindari oleh banyak orang
di Indonesia ini, seakan sudah menjadi musibah musiman bagi sebagian
kota – kota besar di Indonesia. Setiap musim hujan tiba, maka bersamaan
dengan itu banjir pun datang, tentunya dengan intensitas masing –
masing. Dan di awal tahun 2013 ini, publik kembali di ramaikan kembali
dengan berita banjir besar yang melanda berbagai kota – kota besar di
tanah air, seperti Semarang dan Jakarta. Bahkan, bisa di bilang banjir
untuk edisi kali ini bagi Jakarta menjadi yang terparah dibanding yang
sebelumnya. Beberapa data dari media menyebutkan bahwa Banjir di Jakarta
ini merupakan yang terparah, sampai – sampai Bundaran HI terlihat
seperti kolam susu coklat raksasa, atau kompleks Istana Negara yang
kebanjiran, sehingga hal tersebut membuat Pak presiden sampai menunda
pertemuannya dengan Tamu dari Argentina.
Well,
membincangkan tentang Banjir di Jakarta, memang menjadi satu hal yang
bisa dibilang hukum sebab akibat. Banyak faktor tentunya yang
menyebabkan banjir di Jakarta ini terkesan sebagai sebuah peristiwa yang
pasti terjadi dimasa tertentu dan tidak pernah mendapatkan sebuah
penanganan brilian. Bahkan kata yang paling ekstrim untuk menggambarkan
banjir di Jakarta adalah sebuah kiamat kecil yang terus terjadi
berulang - ulang di Ibukota Negara ini.
Banyak hal yang
sudah di upayakan untuk menangani kasus banjir yang terjadi ini, akan
tetapi sepertinya usaha – usaha tersebut jauh panggang dari api, sangat
sulit, sehingga tiap ada kampanye pemilihan Gubernur DKI, permasalahan
yang di pertanyakan kepada calon Gubernur adalah, bagaimana cara
menangani masalah banjir Jakarta.
Saya sih sangat
menggantungkan harapan kepada Pak Jokowi dan Basuki, yang menjadi
pilihan masyarakat Jakarta mengemban amanah Gubernur, mampu
menyelesaikan permasalahan pelik satu ini, Banjir Jakarta. Kalaupun
belum terlihat pekan – pekan ini, minimal di tahun 2013 ini, Jokowi dan
Basuki benar – benar berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan banjir
ini sampai ke akar – akarnya, agar masyarakat yang mempercayai beliau
berdua benar – benar tidak salah memilih pemimpin.
Namun sebenarnya
saya tidak akan menguraikan lebih banyak tentang strategi penanganan
Banjir Jakarta, atau tentang kronologi terjadinya banjir di Ibukota
Indonesia ini, saya hanya ingin menyalurkan satu pendapat, yang diambil
dari sebuah sintesa yang mendalam tentang satu kelompok yang disaat
orang – orang berdebat soal banjir, atau masyarakat media lebih banyak
berdiskusi sampai berbusa tentang menangani banjir, kelompok ini lebih
dahulu melakukan langkah cepat tanggap membantu mengatasi masalah
banjir. Meskipun dengan kesederhanaan dan keterbatasan yang di miliki,
kelompok kecil yang tahun 2009 lalu hanya mendapatkan sekitar 8 %
dukungan dari masyarakat Indonesia ini selalu konsisten dan terdepan
dalam hal kepedulian kepada masyarakat, terkhusus menangani Banjir.
Kelompok ini kalau saya boleh bilang adalah Partai keadilan Sejahtera (PKS). Ya, Partai yang boleh di bilang paling banyak di bully
oleh banyak kalangan, entah itu media massa, entah itu para politikus,
mulai dari isu wahabi, isu tidak mau tahlilan, isu dunia internasional,
yang disaat Palestina di serang, banyak Kalangan justru mencibir kenapa
PKS lebih mementingkan dunia internasional, dan terpaan isu lainnya,
kini justru menjadi kelompok terdepan yang membantu mengatasi satu
permasalahan besar Ibukota Negara, masalah banjir.
Tidak peduli
dalam Pemilu 2009 lalu PKS di Jakarta kalah, atau dalam Pilgub lalu
Jagoan PKS juga kalah, tetap tak menyurutkan kontribusi PKS mengatasi
masalah Banjir. Jadi kalo bisa diibaratkan, mungkin semboyan PKS adalah,
ada atau tidak adanya Pilgub, ada atau tidak adanya Pemilu, PKS akan
selalu terdepat membantu rakyat. Bukankah ini menjadi satu ekspresi rasa
nasionalisme yang sangat tinggi bagi sebuah Partai politik, betul tidak?
Coba,
kalau teman – teman tidak percaya, lihat saja di berbagai situs
pemberitaan PKS, seperti PKS Jakarta, PKS jawa tengah, atau yang
lainnya, seperti web metrotvnews, banyak hal yang menguatkan bahwa PKS
adalah Partai yang paling peduli terhadap masalah kerakyatan, salah
satunya adalah banjir. Hal – hal kecil yang mungkin diluar nalar para
pengamat politik, para pelaku politik, bahkan para pejabat public
adalah, disaat mereka masih sibuk berdiskusi dan berdebat soal
penanganan banjir, kader – kader PKS yang notabene masih muda – muda ini
masuk ke gang – gang sempit, menyalurkan bantuan berupa nasi bungkus
kepada warga yang terkena korban banjir. Atau para ibu – ibunya, dengan
peralatan yang sederhana, membuat dapur darurat untuk memasak ala
kadarnya untuk para korban banjir.
Yang lebih
mengharukan lagi adalah kisah saat banjir di Semarang, belum lama ini,
dimana ketika para kader PKS sebenarnya sudah sangat ingin membantu
korban banjir dari segi logistik, namun apa daya kas Partainya tinggal
sedikit dan tidak memungkinkan bagi mereka untuk menggunakan uang
tersebut. Akhirnya merekapun melakukan saweran, patungan sebisanya untuk
membelikan nasi bungkus, mie instan, dan makanan cepat saji lainnya,
agar bisa berkontribusi membantu warga korban banjir yang membutuhkan
pertolongan logistik.
Cerita di dua
paragraf terakhir inilah yang mungkin sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh Dahlan Iskan, salah satu figur nasional kita, bahwa sudah banyak
orang dan lembaga yang pinter ngomong di Indonesia, sehingga yang kita
butuhkan sekarang adalah kerja dan kerja untuk Indonesia. Nah, oleh karena itu, PKS bisa dikategorikan lembaga yang demikian, selalu bekerja untuk Indonesia, sesuai jargon Partai ini.
PKS dalam sisi
ini sudah mengaplikasikan konsep demokrasi yang sebenanrnya di negeri
ini, yakni dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Di saat yang
lainnya masih ngomong soal demokrasi dan nasionalisme hanya sebatas
retorika bibir belaka, PKS telah selangkah lebih maju dalam
menginternalisasikan konsep demokrasi dan nasionalisme untuk Indonesia.
Demokrasi bagi PKS selain mengikuti secara struktural proses demokrasi formal dengan ikut Pemilu, berpartai politik, juga sekaligus secara kultural
mengaplikasikan konsep demokrasi itu secara langsung dengan peduli
dengan masyarakat. Coba perhatikan, selain mereka selalu konsisten
membantu bencana di Indonesia, dari Banjir, Tsunami, gempa bumi, Gunung
merapi, lihat saja tiap ada event tertentu, PKS ini selalu mengadapak
kegiatan Pasar Murah, bazaar, atau sejenisnya.
Saya menyebut
PKS ini adalah Partai yang unik, bukan hanya sekedar Partai, melainkan
sebuah gerakan cultural yang mencoba mendudukkan makna demokrasi dan
nasionalisme di Indonesia itu pada tempat yang sesungguhnya. Saya
berharap sampai kapanpun, PKS tetap peduli kepada masyarakat.
Penulis adalah blogger dan penulis buku Pacitan The Heaven Of Indonesia
share oleh : (fadilah dpc pks pariaman selatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar