Oleh: Widiwahyu (Pemerhati SDM)
Ilustrasi |
Masih ingat artikel saya tentang agent AF yang
beroperasi ke PKS? Setelahnya bermunculan tulisan-tulisan yang secara tak
langsung mengkonfirmasi kebenarannya. Ada analisa dari para ‘intel’ sendiri
maupun pengamat di sosial
media. Artikel itu beberapa hari sempat nangkring di Top Stories situs www.islamicgeo.com, namun tiba-tiba lenyap. Konfirmasi admin karena ada
kesalahpahaman dan sudah diupload lagi, semoga bukan karena intervensi intel .Bahkan
ada dosen Lembaga Sandi Negara yang mempublikasikan dalam kajiannya. Pun, tak
sedikit yang bertanya “Elu ternyata agent ya Way”.
Sebenarnya bicara masalah intelijen ini ibarat bicara
tentang (maaf) kentut. Kehadiran doi selalu membuat heboh dan meriah
suasana, namun selalu sulit dilacak siapa pemiliknya. Persis dengan cara kerja
seorang agent. Dengan IQ minimal 120, belum lagi seabrek persyaratan dan
pelatihan yang prestisius, wajar jika cara kerja seorang agent susah dilacak.
Namun lagi-lagi, sehebat-hebatnya menyembunyikan kentut suatu saat pasti
tercium kehadirannya. Dan itu yang sedang terjadi di tubuh PKS.
Sebuah info menyatakan bahwa sejak 2006 operasi
intelijen telah bekerja di tubuh PKS, saya meyakini jauh-jauh sebelum itu telah
masuk. Sejak kami masih di kampus tahun 2000an, sudah banyak agent yang
‘bekerja’. (perlu disyukuri
kehadiran PKS membuka banyak lapangan kerja agent baru). Pernah kami menjebak
seorang agent yang masih mahasiswa Ekonomi UI, sewaktu dahulu masih ramai
demonstrasi.
Kenapa PKS jadi sasaran? Masih menurut info tersebut,
karena PKS punya system organisasi mirip dengan PKI; secrecy,
compartmentally, sacred fact. Hanya ada 4 jenis organisasi di Indonesia
yang punya karakter tersebut; TNI-Polri, BIN, PKI, dan PKS. Memangnya salah apa
jika punya system organisasi seperti itu? Salah besar, karena dengan system
tersebut menjadi JAMINAN penguasaan negara, cepat atau lambat. Lihatlah Arab
Spring yang menguasai jazirah Arab saat ini, juga PKI yang pernah berkuasa dan
menang mutlak tahun 60-an, komunis China yang tengah menggeser USA jadi
penguasa dunia, semua ditopang system tersebut. Jadi sebelum ramalan itu jadi
kenyataan, jalankan program bumi hangus rahasia atau clandestine!
Ahmad Fathanah
Kembali ke AF lagi, titik terang track record-nya
belakangan terkuak satu per satu. Di Makassar AF terkenal sebagai pengusaha
“hitam”. AF pernah tertangkap staff federal Australia di Bangkok
Thailand tahun 1999 saat hendak melakukan human trafficking ke Australia. Hukuman seharusnya 20 tahun, namun
tahun 2004 sudah dilepas dari penjara Barrimah Darwin. Saya berasumsi 5 tahun
tersebut kompromi 'otoritas' intelijen RI dan Australia. Tidak mungkin seorang
narapidana international bisa dilepas agent federal jika tanpa 'jual-beli' dan
'bukan sesama kawan'. Dengan model penahanan AF, bisa dipastikan
model rekrutmennya adalah motif Compromise.
Perlu
diketahui, model rekrutment seorang agent
biasanya dengan 6 jenis;
· Money, seorang agent direkrut karena ketertarikan dengan
uang dan fasilitas.
· Ideology, seorang agent dapat direkrut karena memiliki
kesamaan ideology, missal karena ingin membela negara, berbakti pada Presiden,
dan sejenisnya.
· Compromise, agent direkrut karena kelemahan/kesalahannya di
miliki pihak lain, sehingga jika ingin urusan lancar maka harus berkompromi. AF
direkrut dengan motif ini, karena ada kartu As yang dipegang pihak federal.
Mungkinkah ada sel dari pihak intelijen Indonesia yang berkolaborasi dengan
pihak federal Australia? Secara logika, bagaimana mungkin agent federal
Australia mau melepas AF jika tidak ada “pihak penanggung” di Indonesia? Siapa
“pihak penanggung” tersebut?
· Ego, ini para agent yang direkrut karena factor ego.
Missal kasusnya Letkol Sudaryanto yang tertangkap tangan menjadi pemasok
data-data negara ke pihak Rusia.
· Revenge, motif agent yang ingin balas dendam. Missal para
veteran tentara Irak bekas perang Irak-Iran yang direkrut Amerika untuk
memata-matai fasilitas nuklir Iran.
· Coercion, perekrutan agent dengan model pemaksaan. Misal para
tawanan perang, hanya dikasih dua pilihan dipenjara atau jadi agent.
Mengamati cara kerja operator AF yang langsung
menempel ke jantung pertahanan lawan, Presiden Partai, bisa dipastikan dia
tidak bekerja sendirian. Pasti ada support team yang bekerja di belakangnya. Setidaknya ada agent logistic yang membantu pendanaan, seorang Intelligence
Officer (IO) sebagai pengendali/User, serta seorang Analyst yang support
pada strategi makro.
Rabu tengah malam setelah LHI ‘dijemput’, saya langsung
menelpon seorang penyidik KPK, konfirmasi salah/tidak adegan sinetron yang
sedang saya tonton? Diujung telepon terkonfirmasi bahwa itu benar dan nanti
bukti-bukti akan dibuka satu per satu di pengadilan. Saya langsung teringat
proses kasus Antasari Azhar karena sangat mirip pola ‘battle game’ yang
dimainkan. Selalu ada peran sebagai logistic man yaitu SHW, seorang IO
yaitu WW, dan seorang Analyst sebagai otaknya yang sampai saat ini belum
ditemukan. Beruntung di kasus LHI masih ada ‘Ten Million Girl’ si
Maharani yang sedikit menghambat pergerakan AF, membuat loyo sang agent lebih
dahulu, sehingga belum kesampaian menyerahkan uang. Bayangkan jika tidak ada
Maharani, maka skenario operasi akan
tersambung sangat rapi.
Asumsi awal saya AF ‘baru operasi’ ke LHI, tapi
ternyata sejak tahun 2004 sudah pernah langsung operasi pedekate. Namun
operasi itu gagal dan LHI lolos dari jerat hukum kasus penipuan yang dilakukan
AF di PT. AJS di tahun 2005. Jika demikian maka sebenarnya skenario operasi seri A, B, C, D, bahkan E telah
disiapkan. Sangat mungkin secara logika, skenario
operasi lainnya tidak hanya terjadi pada LHI, namun hingga belasan nama yang
setidaknya sampai saat ini pernah dibahas Majalah Tempo di eksekutif dan legislatif.
Operasi Rahasia/ Clandestine
Mengapa saya menilai sedang ada operasi Clandestine di
PKS? Bukan sekedar infiltrasi biasa atau desepsi pembusukan saja? Mari sejenak
menengok salah satu budaya organisasi PKS.
Sebagai organisasi yang modern, PKS lahir dari para
intelektual kampus dengan tingkat intelijensi dan pemahaman medan yang mumpuni.
Basis ideology dan pengetahuan yang luas membuat system organisasi tertata
rapi. Dengan system kaderisasi kompartemensi sangat susah untuk menerobos
psikologi massa PKS dengan hanya melempar propaganda sebagaimana operasi di
organisasi lain. Operasi Infiltrasi tetap bisa dilakukan, namun akan memakan
waktu sangat panjang dan melelahkan karena harus melewati pentahapan system
yang berjenjang rapi. Padahal intelijen harus berburu waktu dengan Pemilu 2014.
Bicara tentang infiltrasi, saya jadi teringat seorang dosen
dari lembaga pencetak agent yang pernah dicalonkan PKS sebagai anggota
legislatif dari dapil Sumatra, untung gagal suara. Dahulu yang
bersangkutan setelah turun jabatan dari Ketua BEM UI pernah
membuat ramai dunia persilatan kampus . Sang dosen ini sangat dekat dengan
mantan Kapolda Metro Jaya berinisial NJ. Secara logika, mungkinkah guru kungfu
bukan seorang pendekar kungfu? Mungkinkah dosen agent bukan agent handal?
Dengan prinsip agent adalah single user, siapakah User sebenarnya?
Mari kita bertanya pada sang dosen yang bergoyang.
Operasi
Desepsi yaitu pembusukan dari dalam juga pernah dilancarkan dengan maraknya
gerakan Forum Kader Peduli beberapa waktu lalu, namun imunitas organisasi masih
bisa meredamnya. Satu-satunya cara
paling memungkinkan yaitu operasi rahasia/clandestine yang bertujuan
untuk membumi-hanguskan organisasi. Dengan ketiadaan tokoh sentral di PKS, maka
sasaran tembak harus diarahkan pada banyak titik hingga bisa lumpuh.
Dalam hal ini titik kelemahan PKS ada dimana? Ada
beberapa profile psikologis kader yang dimanfaatkan dengan baik oleh para
Analyst intelijen. Sebelum melakukan operasi apapun, intelijen melakukan banyak
analisa menyeluruh untuk mengetahui kelemahan lawan; analisa medan, analisa
psikologis, analisa statistic, dan sebagainya.
Factor husnudzonitas/keberbaik-sangkaan individu PKS sangat tinggi. Di satu sisi ini menjadi kekuatan, namun di sisi lain menjadi kelemahan. Dalam kasus LHI, husnudzon
yang tinggi pada sosok AF membuat kewaspadaan menjadi turun. Termasuk
pengusaha yang baru dicekal KPK yaitu AZ, yang bersangkutan pernah mengaji
langsung pada LHI. Banyak pihak memberi masukan tentang pengusaha AZ ini, namun
husnudzonitas LHI lebih tinggi untuk menerimanya sebagai ‘murid yang
bertaubat’. Tidak menutup kemungkinan tokoh-tokoh PKS yang lain tanpa sadar
tertempel ‘benalu-benalu’ lainnya.
Factor kedua adalah adanya kader yang silau harta.
Saya tidak menutup mata banyak kader yang tingkat ekonominya ketika di kampus sangat kesusahan. Namun ketika masuk dalam
lingkaran eksekutif atau legislative tiba-tiba melejit 1800. Profile
psikologis beberapa kader yang tamak dan tidak sabar dalam urusan duniawi ini
ditangkap dengan sangat baik oleh para intelijen analyst. Walau hanya beberapa
orang, namun sudah cukup sebagai sasaran tembak yang empuk.
Kombinasi faktor benih operasi para intelijen dipupuk
dengan kelemahan psikologis massa kader membentuk pintu masuk
skenario yang bagus. Secara teoritis skema ini juga dijalankan oleh para agent
CIA, Mossad, maupun M16, wajar jika intelijen kita yang bermazhab sama memakainya juga. Dalam buku Confession
of An Economic Hitman karangan John Perkins, peran agent-agent CIA
dalam membuat skenario jebakan intelijen serupa terlihat jelas. Untuk membuat
skenario-skenario tersebut, mereka bersandar pada teori Lloyd yaitu ;
Threat = Vulnerability x Intention x Capability x
Circumstances
Jadi Ancaman (T) itu adalah perkalian faktor dari
Kelemahan (V), Niat (I), Kemampuan (Ca), dan Lingkungan (Ci). Secara teoritis
PKS menjadi ancaman karena diramalkan akan berkuasa. Oleh karena itu harus ada
faktor yang di-zero-kan, entah itu V, I, Ca, atau Ci sehingga ancaman menjadi
NOL. Niat (I) tidak mungkin di-zero-kan karena tujuan parpol salah satunya
adalah untuk berkuasa. Kemampuan (Ca) juga tidak akan bisa, karena PKS memiliki
banyak kader dengan tingkat kemampuan tinggi untuk mengatur urusan publik.
Lingkungan (Ci) juga terlalu susah, karena faktor lingkungan eksternal yaitu
demokrasi pasca reformasi memberi ruang yang seluas-luasnya bagi siapapun untuk
berkreasi. Belum lagi faktor internal PKS sebagaimana yang saya jelaskan diawal
sangat sulit untuk ditembus dengan cara-cara konvensional. Yang paling
memungkinkan adalah memainkan faktor Kelemahan (V). Dicari kelemahan kader yang
paling memungkinkan untuk operasi clandestine. Akhirnya ketemu di urusan harta.
Dalam sebuah operasi clandestine pada
organisasi sebesar PKS, tidak mungkin dilakukan dengan satu atau dua sel
intelijen yang bergerak. Ibarat sasaran tembak yang besar, dibutuhkan banyak
tembakan pada bagian-bagian vitalnya. Pasti beberapa sel intelijen bergerak
menyerang memanfaatkan titik lemah kader di atas. Meskipun antar sel tidak saling mengetahui, saya
yakin jika di antara
mereka bertatap pandang pasti langsung tersenyum satu sama lain, “Teman gw
ini!”. Di antara
agent sudah jadi hal jamak saling bisa mendeteksi “kawan” dengan hanya bertatap
mata. Karena tatapan mata tajam khas seorang agent itu terbaca sebagai salam,
layaknya kita bertegur Assalamualaikum.
Dengan segala asumsi tersebut, saya yakin masih banyak
Ahmad Fathanah lain yang bebas bekerja dan tidak terdeteksi dalam tubuh PKS.
Tugas organisasi adalah memastikan bahwa segala tipu daya mereka akan mandul
karena para kader memiliki keyakinan penuh pada Sang Maha Membuat Tipu Daya.
Kemudian keyakinan tersebut diturunkan dalam program yang nyata.
Rekomendasi
Dengan baru tertangkapnya AF, saya meyakini sel-sel
intelijen yang lain pasti masih bekerja di tubuh PKS. Mungkin sebagian akan hibernate.
Masih banyak kasus di KPK yang menunggu giliran diungkap dengan pintu masuk
kasus LHI. Artinya pandora operasi intelijen masih sangat mungkin terbuka satu
per satu. Oleh karena itu ada beberapa hal urgent dan mendesak segera yang
semestinya dilakukan PKS secara organisasi;
1. Melakukan Clearance Programs secepatnya.
Lakukan screening tertutup terhadap semua orang di sekeliling
pejabat tinggi partai, kader eksekutif, dan kader legislative yang dicurigai
suspect agent aktif. Para staff ahli, ajudan, pengawal, maupun sekretaris
pribadi harus lincah memetakan orang-orang yang berinteraksi dengan
para kader tersebut. Lalu lakukan cross check tertutup pula.
Di tingkat lanjut, program Clearance dijalankan pula untuk semua kader di setiap
tingkatan. Dengan begitu satu firewall telah terbangun.
2. Evaluasi internal besar-besaran. Dengan status cegah
imigrasi RH, tidak menutup kemungkinan merembet ke nama-nama lain, evaluasi
kader terindikasi bersalah mutlak dibutuhkan. Tegakkan punishment secara
adil jika memang terbukti kader bersalah. Karena efek psikologis keadilan
berjamaah akan menyuntik motivasi kembali bagi para kader di akar rumput
setelah tertohok di ulu hati kemarin. Jika perlu Ghost Protocol-kan kader-kader
yang nakal tersebut, jangan justru dilindungi.
Untuk program
jangka panjang seperti analisa saya terdahulu, set up program melek
intelijen. Entah berupa pemberian materi intelijen dasar atau dibuat
semacam Badan Diklat khusus kajian intelijen. Intinya adalah membangun early warning system secara sistematis dan rapi ditingkat organisasi.
Bagaimanapun, para agent pasti akan bekerja, itu sunnatullah. Periuk dapur nasi
mereka sangat tergantung dari pekerjaan ini. Jika PKS tidak ada niat untuk
melakukan kontra intelijen, maka sama saja menyerahkan leher berkali-kali untuk
di gorok.
Saat ini nasi sudah menjadi bubur, tak elok rasanya
jika masih menangisi indahnya nasi yang sudah berubah bentuk. Lebih baik segera
siapkan kuah yang gurih, suwiran ayam, kedelai goreng, kerupuk, lada, dsb untuk
membuat bubur ayam yang lezat. Saatnya mind set
berubah, bahwa sekarang era pertempuran intelijen. Kemenangan Jokowi di Pilkada
DKI dengan War Room and Operations Command ala intelijen desain
Prabowo adalah salah satu buktinya. Siapa yang lebih cerdas, dia pemenangnya.
Beranikah engkau menjadi panglimanya wahai Anis Matta?
Waallahu a’lam
bishshowwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar