JAKARTA, KOMPAS.com - Guna
memberikan jaminan pasokan daging sapi untuk DKI Jakarta dan Jawa
Barat, Kementerian Pertanian dan Kementerian Dalam Negeri tengah
menyiapkan surat bersama. Surat bersama itu, antara lain, berisi jaminan
pengiriman pasokan sapi dari provinsi produsen.
Sekretaris
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Rikwantoro
yang ditemui Sabtu (16/2/2013) di Wonogiri, Jawa Tengah, mengatakan,
surat itu juga berisi tentang permintaan kepada Gubernur DKI Jakarta
dan Gubernur Jawa Barat untuk menata tata niaga sapi. Diharapkan,
dengan lahirnya surat itu, para peternak sapi lokal lebih terjamin dan
pasokan daging ke DKI Jakarta dan Jawa Barat terpenuhi.
Provinsi produsen antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Rikwantoro
mengungkapkan, selama ini, para peternak dari wilayah produksi enggan
mengirim sapi mereka ke Cakung karena tak ada jaminan pembayaran.
Mereka kemudian menjual sapi mereka ke pasar lain. Menurut Rikwantoro,
surat bersama itu lahir, antara lain, untuk menjawab surat Gubernur DKI
Jakarta yang meminta pasokan sapi sebanyak 1.000 ekor per hari dan
keluhan para peternak lokal.
Meskipun surat tersebut akan efektif
pada Maret nanti, saat ini proses pengiriman telah dilakukan.
Sebelumnya, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
Syukur Iwantoro mengatakan, ada sejumlah rumah potong hewan di Jakarta
enggan memotong sapi lokal. Mereka hanya melayani sapi impor yang
digemukkan oleh perusahaan penggemukan di Jabodetabek.
Sikap
diskriminatif itu dinilai tak hanya menghambat upaya swasembada daging
sapi nasional, tetapi juga tidak berpihak kepada peternak lokal. Pada
tahun 2013, DKI Jakarta membutuhkan sekitar 50.000 ton daging sapi dan
Jawa Barat membutuhkan 81.804 ton daging sapi.
Para peternak sapi
yang ditemui di Yogyakarta dan Jawa Tengah menyambut baik lahirnya
ketentuan itu. Bahkan, mereka siap memasok tak hanya dalam bentuk sapi
hidup, tetapi juga daging sapi yang telah dikemas.
Seorang
peternak sapi di Wonogiri, Irawan, mengatakan, ia dan kelompok tani
dampingannya siap mengirim daging sapi dalam kemasan itu. Bahkan, mereka
telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pasar yang bersedia menerima
daging produksi peternak lokal itu.
Saat ini pasokan sapi di
berbagai sentra produksi sapi, baik di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, maupun Bali, mencukupi. Di Jawa
Timur, misalnya, saat ini terdapat 4,7 juta sapi potong. Dari jumlah
itu, sebanyak 914.383 sapi siap potong. Pada tahun 2013 Jawa Timur siap
mengirim 119.000 sapi ke DKI Jakarta dan 104.252 sapi ke Jawa Barat.
Pekan
lalu, dari Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan,
tingginya harga daging sapi membuat permintaan daging ini sepi.
Menghadapi kondisi ini, para pedagang daging sapi terpaksa mengurangi
stok daging di kios masing-masing.
Siti, pedagang daging sapi di
Pasar Muntilan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, mengatakan,
jika biasanya dia menyediakan dan mampu menjual 1 kuintal daging sapi
per hari, dalam tiga bulan terakhir dia mengurangi stok dan hanya
menyediakan 15-20 kilogram daging sapi per hari.
”Sekalipun sudah
mengurangi persediaan daging sapi, hampir setiap hari selalu saja ada
daging yang sisa dan tidak laku dijual,” ujarnya.
Siti
mengatakan, dalam satu hari, dia pernah menyediakan 20 kilogram daging
sapi dan hampir separuhnya tidak laku terjual. Daging tersebut biasanya
disimpan di lemari pendingin untuk dijual keesokan paginya. Jika tetap
tidak laku, daging tersebut dijual kepada para pemilik warung makan dengan harga Rp 75.000 per kilogram, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga daging segar, Rp 80.000 per kilogram.
Pengurangan
stok daging juga dilakukan pedagang daging sapi lainnya, Ny Witono,
karena penjualan daging sapi pun merosot drastis. ”Jika biasanya mampu
terjual 50 kilogram daging sapi per hari, sekarang ini angka penjualan
hanya 15-20 kilogram daging sapi per hari,” ujarnya. (EGI/JOS) dpc pks pariaman selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar