Demo massa menolak rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah
daerah akhirnya kandas di ruang sidang paripurna DPR malam ini. Di
Jakarta, Medan, Makassar, Ternate, Solo dan kota-kota lain, cucuran
keringat, teriakan lantang, yel-yel penyemangat bahkan tetesan darah
mereka yang turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat tak menggoyahkan
sebagian besar wakil rakyat untuk tetap menyetujui RAPBN-P 2013.
Melalui sidang yang alot dan hujan interupsi, sidang diakhiri dengan
prosesi voting yang sudah diramalkan sebelumnya. Sebanyak 338 anggota
DPR RI berdiri tegak dengan gagah menyetujui RAPBN-P 2013 yang
didalamnya terdapat skema pengurangan Subsidi BBM dan pemberian dana
BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat). Suara tersebut disumbang
oleh F-PD, F-Golkar, F-PAN, F-PPP dan F-PKB. Sedangkan sebanyak 181
suara menolak berasal dari F-PDIP, F-PKS, F-Gerindra dan F-Hanura.
Sidang paripurna berlangsung tidak semencekam saat DPR juga mengesahkan
APBN-P 2012. Sidang tahun lalu penuh dengan dinamika yang tidak mudah
ditebak. Sidang pengesahan APBN-P 2013 ini sudah bisa ditebak oleh
banyak pengamat karena sebenarnya keinginan pemerintah menaikkan BBM
sudah lama didengungkan. Sidang kali ini yang menarik karena membawa
wewenang pemerintah menaikkan BBM ke “panggung politik” dengan skema
tambahan bernama ‘Balsem’.
Ada fenomena panggung politik yang merupakan bumbu penyedap yang
ditampilkan oleh wakil rakyat malam ini. Pada saat menyampaikan
tanggapan akhir fraksi, kata-kata mutiara meluncur, ayat-ayat suci
terucap dan kata-kata atas nama keadilan, hati nurani dan suara rakyat
menjadi pemanis. Sementara di luar, pendemo bertahan dengan dingin,
siraman water canon dan gas air mata, hampir tak bisa berkata apa-apa
selain berharap wakil rakyat mau mendengar mereka.
Satu hal lagi, wakil rakyat masih bisa bercanda dengan keputusan yang sangat tidak populer ini. Candaan mereka :
“Anas menolak kenaikan BBM…”
“Mana Yani… Yani gak konsisten..Yani gak berani…Yani takut
dipecat.”(karena sebelumnya Ahmad Yani anggota F-PPP secara pribadi
menolak).
“Mana suara rakyat?”
“Menolak, DCS dicabut…”
Saya juga mendengar seloroh tentang Fathanah, Pushtun, Jawa Sarkiyah,
Daging Sapi, Besan (SBY) dari anggota DPR di ruang sidang paripurna.
Seloroh yang saya anggap tak patut dimana diluar sana dimana sebagian
rakyat menyuarakan aspirasinya dengan sangat sengit sampai tumpah darah.
Lebih menggelikan lagi, disaat sidang paripurna, ada 41 anggota dewan
tidak hadir. Selain masalah ketidakhadiran, ada juga anggota dewan
sempat-sempatnya ikut siaran Live debat di studio salah satu TV Swasta.
Apa ini yang namanya serius memperjuangkan nasib rakyat. Duh, tak salah
sebagian orang menganggap sidang ini hanyalah sandiwara untuk
mempertontonkan tingkah pola wakli rakyat agar dibilang masih “bekerja
untuk rakyat”.
Kita tunggu hari-hari ke depan pasca DPR menyetujui kenaikan BBM dan
pemberian ‘Balsem’. Semoga ‘Balsem’ dari pemerintah tak hanya hangat di
awal namun kemudian dingin dan bikin ‘masuk angin’.
Seperti juga tahu lalu, “Fraksi Mahasiswa” kembali dikeluarkan paksa
oleh petugas keamanan DPR/MPR. Saya tidak paham apa maksud petugas
keamanan dengan sangat bersemangat mengusir mahasiswa yang hadir
mengamati jalannya sidang. Sungguh menambah rasa antipati bagi yang
menonton sidang ini. Tak mungkin mahasiswa berbuat seperti di jalanan,
mengapa mereka harus diperlakukan kasar tak ubahnya pengunjuk rasa
dijalanan yang anarkis.
So, sebagai rakyat, silahkan menilai, siapa wakil rakyat sejati atau
sebaliknya wakil-wakilan yang cuma butuh suara rakyat untuk kepentingan
kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar