Kamis, 28 November 2013

Kami benar-benar marah terhadap Mesir

Wakil Menteri Luar Negeri Hamas Ghazi Hamad

Barangkali bagi sekitar 1,6 juta penduduk Jalur Gaza, negara-negara Arab dan muslim tidak bisa lagi diharapkan. Mereka terdiam mematung menyaksikan Israel enam tahun terakhir memblokade Gaza. Mereka bisu melihat Mesir menutup perlintasan Rafah dan menghancurkan hampir semua terowongan.

Padahal, Negeri Sungai Nil itu satu-satunya pintu buat warga Gaza melihat dunia luar. Terowongan-terowongan, jumlahnya pernah 1.500-an, menjadi satu-satunya jalan keluar masuk orang, makanan, bahan bangunan, bahan bakar, obat-obatan, dan lain-lain setelah negara Zionis mengisolasi Gaza.

Gaza sudah menjelma sebagai penjara ruang terbuka raksasa. Dengan nada emosional, Wakil Menteri Luar Negeri Hamas Ghazi Hamad menceritakan penderitaan warga Gaza. Bukan lantaran kebiadaban Israel dan Mesir. Tapi disebabkan pula oleh impotensi dunia Arab, muslim, dan masyarakat internasional lainnya.

Sampai-sampai di akhir wawancara, Ghazi Hamad menyampaikan permohonan. "Faisal, bisakah kamu menyampaikan kepada pemerintah Indonesia buat segera mengirimkan bantuan obat-obatan dan bahan bakar ke Gaza? Kami benar-benar butuh pertolongan."

Berikut penjelasan Ghazi Hamad saat dihubungi Faisal Assegaf dari merdeka.com semalam melalui telepon selulernya.

Bisakah Anda jelaskan dampak terburuk terhadap Gaza lantaran Mesir menutup perbatasan dan terowongan?

Situasinya sungguh buruk sejak Mesir menutup perbatasan Rafah dan hampir semua terowongan. Mereka menghancurkan 90 persen terowongan. Padahal, itu satu-satunya cara bagi orang, makanan, bahan bakar, obat-obatan lewat setelah Mesir menutup perlintasan Rafah. Kami sekarang kehabisan bahan bakar, obat-obatan. dan bahan bangunan.

Karena bahan bakar habis, satu-satunya pembangkit listrik di gaza sudah pekan terakhir tidak beroperasi. Alhasil, sebagian kecil penduduk Gaza cuma bisa menikmati listrik enam jam saban hari. Tidak adanya pasokan obat-obatan membuat rumah-rumah sakit kesulitan menangani pasien. Padahal, banyak pasien membutuhkan perawatan segera.

Langkanya keperluan hidup sehari-hari menyebabkan harga-harga melonjak naik antara 20 persen hingga 25 persen. Kami benar-benar dalam kondisi sangat kritis dan memerlukan bantuan segera.

Sektor mana saja mengalami dampak buruk akibat kebijakan Mesir itu?

Di semua sektor. Kami juga kekurangan air bersih. Pabrik pengolahan limbah tidak bisa beroperasi karena kehabisan bahan bakar. Pengangguran meningkat tajam.

Berapa kerugian bagi Gaza akibat penutupan perbatasan dan terowongan?

Menurut Kementerian Ekonomi, kami rugi lebih dari US$ 250 juta saban bulan.

Bagaimana hasil pendekatan terhadap rezim militer Mesir?

Kami sudah berupaya membahas persoalan ini dengan mereka. Kami sudah minta Mesir membuka perbatasan dan mengizinkan orang serta barang-barang kebutuhan saban hari masuk ke Gaza. Namun permintaan itu ditolak.

Kami minta mereka membelikan kebutuhan kami, itu juga ditolak. Kami sudah berusaha mencari cara buat mengatasi krisis dengan meminta bantuan ke berbagai negara, termasuk Qatar. Tapi Mesir menolak membolehkan bantuan itu masuk.

Apakah Anda yakin dalam waktu dekat Mesir bakal mengurangi tekanan terhadap Hamas dan Gaza?

Kami benar-benar sangat marah terhadap Mesir.

Lantas bagaimana pemerintahan Hamas mengatasi semua ini?

Kami akan berusaha mencari cara lain untuk memenuhi keperluan seluruh rakyat Gaza. Sejauh ini, kami terpaksa meminta bantuan Israel buat mengizinkan barang-barang kami beli masuk lewat perbatasan mereka. Tentu saja jumlah diizinkan terbatas. Kami sebenarnya sangat berharap dan bergantung kepada Mesir.

Kurangnya dana dan tidak ada sokongan, bagaimana Hamas menjalankan pemerintahan?

Kami memang kekurangan dana. Kami tidak bisa lagi membayar gaji pegawai dan pasukan keamanan.

Apakah kondisi ini membuat Hamas tidak populer lagi di mata rakyat Gaza?

Itu tidak benar sebab kami sudah berusaha keras menolong mereka. Kami berupaya memenuhi keperluan rakyat. Memang benar mereka kecewa dan marah, tapi itu bukan salah kami. Semua ini terjadi lantaran Israel bersama Mesir memblokade Gaza.

Apakah sudah bisa disimpulkan krisis kemanusiaan sudah membekap Gaza?

Krisis kemanusiaan sudah terjadi di Gaza.

***

Biodata

Nama:
Ghazi Hamad

Tempat dan Tanggal Lahir:
Yibna, 1964

Pendidikan:
Sarjana Kedokteran Hewan

Pekerjaan:
Wakil Menteri Luar Negeri Hamas
Pernah menjadi pemimpin redaksi surat kabar Al-Watan
Pernah menjadi pemimpin redaksi koran Hamas Ar-Risalah
(mdk/fas)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar