Selasa, 01 Januari 2013

Puluhan Pesawat Tanpa Awak Bertempur di IARC ITB

Iman Herdiana  (pks pariaman selatan)
Selasa, 1 Desember 2012
Suasana Indonesia Aerial Robot Contest 2012. (Foto: Iman H/Okezone)
Suasana Indonesia Aerial Robot Contest 2012. (Foto: Iman H/Okezone)
BANDUNG - Puluhan robot terbang berupa pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) beradu kecerdasan lewat kontes robot Indonesia Aerial Robot Contest (IARC) 2012 di Pangkalan Udara (Lanud) Sulaeman, Soreang, Kabupaten Bandung. Kompetisi robot terbang yang digelar Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini digelar tiga hari, mulai hari ini, Jumat (2/11/2012) hingga Minggu 4 November mendatang.

Kompetisi diikuti 26 tim robot terbang dari kalangan mahasiswa, siswa setingkat SMA, dan umum. Hari pertama lomba, diisi dengan berkumpulnya tim peserta kontes untuk mengikuti pembukaan dan validasi pesawat UAV hingga tes terbang pesawat tanpa awak yang dikendalikan remote control.

Ketua Publikasi dan Dokumentasi IARC Ryan Fadhilah menjelaskan, awalnya ada 30 tim yang mengikuti kontes ini. Satu tim terdiri dari empat orang. Namun empat tim didiskualifikasi karena tidak memenuhi persyaratan yakni tidak adanya atau kurangnya laporan tentang pembuatan UAV seperti bagaimana desainnya, manufakturnya, sistem penerbangannya, dan lain-lain.

Dari kalangan mahasiswa atau perguruan tinggi ada 15 tim yang ambil bagian, di antaranya dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan tuan rumah ITB. Pada tingkat SMA, ada enam tim yang berlaga, di antaranya dari SMA Muhammadiyah Sidoarjo, beberapa dari SMA dari Tangerang, dan sisanya dari SMA Bandung. Sedangkan peserta dari umum ada lima tim yang kebanyakan dari Bandung

"Jadi total sekarang ada 26 tim. Besok peserta kategori mahasiswa sudah mulai terbang," kata Ryan, di Lanud Sulaeman, Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (2/11/2012).

Agenda hari ini untuk puluhan tim pesawat tanpa awak itu adalah mengikuti proses validasi. Dalam tahap ini, panitia melakukan pengecekan bagaimana kesiapan tim dan pesawat tanpa awaknya. Pengecekan meliputi struktur pesawat, kekuatannya, sistem operasional pesawat, komponen pesawat seperti baterai, rotor, hingga tes penerbangan.

"Jika gagal validasi, kami beri waktu sampai sore ini supaya tim bisa memperbaiki," kata Ryan.

Setelah validasi, masih ada pengujian pilot pesawat. Pilot pesawat tanpa awak jelas berbeda dengan pilot pesawat biasa. Pilot UAV ada di darat mengendalikan pesawat dengan remote control. Dalam tes pilot ini, pilot melewati proses simulasi penerbangan pesawat.

Selain itu, ada juga proses presentasi pilot dan pesawat di hadapan tiga orang juri yakni dari ITB, Lanud Sulaeman, dan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Dalam tahap validasi ini, juga dilakukan uji terbang pesawat. Jika pilotnya memiliki kekurangan, maka akan diganti oleh pilot profesional dari luar tim.

"Jika validasi ini sukses, besok bisa terbang. Jika pas acara masih ada tim tidak bisa memperbaiki kelemahan, kami batalkan," tandasnya.

Dalam kontes terbang nanti, tim terbagi dua misi. Ada tim yang melakukan dropping barang, yakni pesawat harus bisa membawa barang dan menjatuhkannya di suatu titik. Kategori ini diikuti oleh peserta dari kalangan siswa tingkat SMA. Ada juga kategori yang lebih rumit, yakni Aerial Photo dan Surveillance UAV untuk peserta dari perguruan tinggi dan umum.

Ryan menambahkan, kontes robot terbang ini memperebutkan total hadiah Rp50 juta. Hadiah pertama untuk umum Rp9 juta, mahasiswa Rp7 juta dan SMa Rp 5,5 juta.

Pantauan di lokasi, puluhan anggota tim sibuk dengan proses perakitan pesawat untuk mengikuti sesi validasi. Rata-rata, panjang dan lebar pesawat antara 160 cmx80 cm, dengan berat kurang lebih 2 kg.(rfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar