Minggu, 17 Februari 2013
Buruh menjadi salah satu kelompok kepentingan yang memiliki peran
penting, tak hanya jangka pendek, namun juga jangka panjang. Dukungan
buruh menjadi sebuah sinyal keberpihakan kandidat kepada rakyat kecil.
Sebaliknya, penolakan buruh bisa diartikan sebagai keberpihakan yang
berlebih kepada pengusaha atau pemodal.
Sering saya saksikan di televisi bagaimana buruh dapat merusak
perekonomian, merugikan para pengusaha, ketika melakukan aksi-aksi
pemboikotan, mogok kerja, bahkan yang membuat publik kesal: memblokade
jalan tol.
Namun, keberpihakan terhadap buruh tak selalu dapat dibaca sebagai
ketidakberpihakan kepada pengusaha. Karena kenyamanan buruh dalam
bekerja berarti membantu para pengusaha juga dalam meningkatkan kualitas
produksinya. Peran pemerintah harus seimbang di antara dua kepentingan
tersebut: keuntungan pengusaha dan kesejahteraan buruh.
Dalam Pilgub Jawa Barat 2013 ini, suara buruh yang diwakili oleh
Federasi Serikat Pekerja Indonesia (FSPIN), Serikat Pekerja Nasional
(SPN) yang membawahi aliansi buruh menyatakan dukungannya kepada
pasangan nomor urut 4, Ahmad Heryawan. Serta berjanji memilih dan
ikut memenangkan pasangan Ahmad Heryawan - Deddy Mizwar. Dalam kontrak
politiknya dengan Ahmad Heryawan, buruh meminta dibuat tim investigasi
yang mengawal pelaksanaan upah minimum, pendidikan gratis, dan
peningkatan kualitas buruh melalui pelatihan-pelatihan.
Jujur saja, saya cukup terkejut dengan pernyataan ini. Karena
salah satu kandidat dalam pilgub ini adalah Rieke Diah Pitaloka yang
sering mendampingi buruh dalam demonstrasi dan mengawal aspirasinya.
Rieke pernah mendampingi, bahkan memimpin demonstrasi buruh dalam
penolakan kenaikan harga BBM pada April 2012, dan juga pada demonstrasi
dukungan terhadap RUU BPJS. Rieke telah menjalin kedekatan emosional
kepada aliansi buruh jauh sebelum maju menjadi kandidat calon gubernur
Jawa Barat. Apalagi banyak sekali kawasan industri yang berada di
wilayah Jawa Barat.
Akal sehat saya lalu bertanya, mengapa Rieke yang sebelumnya terlihat
dekat dengan buruh tak mendapat dukungan terbuka seperti yang terjadi
kepada Ahmad Heryawan? Jawaban sederhananya mungkin buruh merasakan kerja konkrit Ahmad Heryawan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Semoga buruh kian sejahtera, pengusaha kian untung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar