mymindwontstop.blogspot.com
Seorang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat, Navy SEAL, yang
menembak Osama bin Laden akhirnya buka suara, Senin (11/2). Dalam
wawancara dengan majalah Esquire, ia menceritakan kronologi
penggrebekan pimpinan Al Qaeda tersebut. Ia juga mengungkapkan
kecemasannya terkait masalah keuangan yang menderanya, karena dirinya
saat ini hanya warga sipil pengangguran.
Majalah Esquire memajang profil Anggota Navy SEAL ini dengan
merahasiakan identitasnya. Ia mengungkapkan perannya dalam serangan
bulan Mei 2011 itu untuk pertama kalinya, dan khawatir akan keselamatan
keluarganya.
Dalam artikel ini, Esquire menjuluki anggota pasukan komando anonim ini sebagai The Shooter
(si penembak), karena dialah yang tiga kali menembak kepala Osama bin
Laden hingga tewas. Tulisan dalam artikel ini berfokus pada penderitaan
si Navy SEAL sebagai pahlawan anonim tanpa pensiun, asuransi kesehatan,
atau keamanan untuk keluarganya. Esquire memberi judul, “The Man Who
Killed Osama bin Laden… is Screwed”.
Profil panjang itu muncul setelah sebelumnya seorang anggota Navy
SEAL yang lain, yang juga ikut dalam serangan itu, Matt Bissonnette
menerbitkan buku No Easy Day, tahun lalu. Buku kontroversial itu memicu kemarahan Pentagon, dan menuduh Bissonnette membocorkan informasi rahasia.
Si penembak, pahlawan anonim itu, mengungkapkan pada serangan itu
tidak ada anggota Navy SEAL yang tewas atau terluka. Pada musim panas
2012, setelah pensiun dari militer, dia takut akan serangan balasan
terhadap keluarganya. Dia juga mengkhawatirkan bagaimana hidupnya
sebagai seorang warga sipil biasa.
Dia meninggalkan Angkatan Laut (AL) setelah 16 tahun bertugas. Namun
karena itu pula ia tidak memenuhi syarat mendapat dana pensiun. Dana
pensiun hanya diberikan kepada mereka yang bertugas di AL minimal 20
tahun. “Dia telah memberikan begitu banyak hal untuk negaranya, sekarang
dia ditinggal dalam debu,” ujar istrinya.
“Saya merasa tidak ada dukungan, tidak hanya untuk keluarga saya,
tetapi untuk keluarga lain di masyarakat. Saya jujur, tidak punya orang
(tujuan) ke mana saya bisa pergi, atau berbicara tentang hal ini. Saya
juga tidak merasa suami saya telah mendapat banyak untuk apa yang dia
capai dalam kariernya,” imbuh istrinya.
Salah seorang temannya sesama anggota pasukan komando Navy SEAL,
mengatakan ia juga khawatir dengan penghasilannya pascapensiun.
Ironisnya, ujar dia, keluarganya akan lebih baik secara finansial bila
dia tewas dalam bertugas.
“Saya setuju bahwa kehidupan sipil itu menakutkan, dan saya punya
keluarga untuk diurus. Sebagian besar dari kami tak punya apa-apa untuk
diberikan kepada masyarakat. Kami bisa melacak dan membunuh musuh dengan
sangat baik, tetapi hanya itu,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar