Minggu, 17 Februari 2013

Konsep Tauhid dalam Pancasila Dirusak Kaum Sekuler dan Liberal


salam-online.com
Konsep tauhid ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ yang digagas pendiri bangsa sebagai sila pertama dalam Pancasila, pada perkembangannya terus dirusak pemahaman dan implementasinya oleh tafsir para kaum sekuler dan liberal.
Padahal perilaku menonjol dari faham sekuler dan liberal adalah faham yang menafikan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai satu-satunya pusat sesembahan dan menjauhkan agama dari negara.
Tidak mengherankan, jika perilaku masyarakat Indonesia sekarang ini –baik rakyatnya maupun para politisinya — tidak lagi menunjukkan kesalehan individu serta kearifan dan kesantunan sosial.

Demikian uraian Pimpinan AQL Islamic Center (AQLIC) Ustad Bachtiar dalam kajian Majelis Tadabbur Al Qur’an (MataQu) yang berlangsung di Masjid Baitul Insan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (16/02/2013) kemarin.
Majelis Penyucian Jiwa (Tazkiyatn Nafs) yang diadakan setiap minggu ke-3 sekali sebulan ini, mengambil tema “Berpola Pikir Tauhid”, yang dihadiri sekitar 500 jamaah AQLIC dan masyarakat umum.
Menurut Bachtiar Nasir yang akrab disapa UBN, tafsir terhadap Pancasila yang dilakukan kalangan sekuler dan liberal itu, celakanya dijadikan acuan dan pegangan dalam menjalankan politik bernegara di Indonesia.
“Sehingga tak mengherankan jika ukuran keberhasilan para politisi dan penyelenggara pemerintahan di negari ini, lebih bermotif pada keberhasilan dirinya sendiri yang berorientasi keduniaan. Bukan untuk kemaslahatan orang banyak yang berorientasit akhirat,” tandas alumnus  PP Darussalam Gontor dan Universitas Madinah ini.
UBN mengajak para jamaah untuk kembali berpola pikir tauhid, di mana segala keberhasilan yang bisa kita raih di dunia semata-mata karena kehendak Allah Subhanahu Wata’ala.
“Kita tidak boleh menganggap apa yang telah kita capai di dunia, baik keberhasilan ataupun musibah, itu semata-mata karena kehebatan atau kegagalan ikhtiar kita sebagai manusia,” tandasnya.
Selain itu, lanjut UBN, sebagai hamba Allah kita harus terus berorientasi pada akhirat dalam menjalani hidup di dunia. Karena itu, tambahnya, sangatlah pantas jika di dunia ini kita harus banyak membicarakan hal-hal tentang akhirat yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.
“Karena, nanti di akhirat kita akan banyak ditanya tentang persoalan dunia: tentang apa saja yang kita lakukan selama hidup di dunia. Jadi pantas jika selama di dunia kita selalu membahas apa yang akan terjadi di akhirat kelak,” tutur UBN.
Menutup kajiannya, UBN menukil rumusan dari ulama besar Ibnu Qayyim al-Jauziyah,  bahwa perilaku menyimpang yang banyak dilakukan masyarakat awam atau kalangan agamawan, disebabkan karena “rusaknya ilmu” dan “rusaknya tujuan”.
“Di mana, jika ilmu seseorang rusak, maka bisa terjebak dalam kesesatan aqidah. Dan jika tujuan seseorang itu rusak, maka akan mendapat azab di dunia dan siksa Allah di akhirat,” tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar